Minggu, 27 Desember 2009

Manajemen Partisipatif, Model Paling Pas dalam Memenej Guru

Dalam kegiatan persekolahan, sering kita temui ada guru yang sangat aktif. Sebaliknya, ada juga guru yang tidak aktif, alias datang ke sekolah hanya untuk mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor dari guru itu sendiri, maupun faktor dari luar yaitu manajemen sekolah. Dalam manajemen otoritatif, kepala sekolah menggunakan kekuasaannya dalam menentukan guru yang dilibatkan dalam kegiatan kepanitiaan atau yang dipercaya memegang jabatan. Kekurangan model ini bisa menimbulkan apatisme, kejenuhan dan ketidakpuasan di kalangan sebagian guru, karena merasa tidak diperhatikan. Dampak dari penerapan model ini adalah timbulnya gesekan antar rekan sekerja sebagai luapan ketidakpuasan. Model manajemen yang paling pas yaitu manajemen partisipatif. Penerapan manajemen ini melibatkan dan mengakomodasi suara setiap guru. Setiap guru diberi kesempatan dan kepercayaan yang sama untuk mengembangkan potensi dirinya dengan secara bergiliran menduduki suatu jabatan/kepanitiaan. Sehingga dalam pribadi guru tersebut timbul rasa percaya diri, terutama diharapkan tumbuh bibit kepemimpinan. Untuk kelancaran rotasi ini, kepala sekolah hendaknya memiliki peta karier guru. Hal ini tentunya harus diimbangi sikap guru itu sendiri, yaitu mau mengikuti perubahan dan perkembangan jaman, rajin serta disiplin.
Penerapan manajemen partisipatif sejalan dengan digulirkannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang menekankan kemampuan profesional guru. Dengan MBS, diharapkan dapat mengangkat harkat, martabat dan kualitas guru, sehingga tidak ada lagi stigma guru malas, guru pasif, guru apatis. Stigma tersebut kalau dibiarkan melekat akan merugikan siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar