Kamis, 10 Desember 2009

TBC Tulang (III)

Di rumah, 4 tablet obat TBC Rimstar 4-FDC saya minum tiap pagi sebelum makan. Lyrica 2x pagi dan malam, Telfast pagi saja, Coditam, serta racik salep untuk obat gatal di tangan dan kaki. Siangnya saya minum Osfit vitamin tulang. Aerius 2x, siang dan malam.
Dua minggu sepulang dari rumah sakit, saya kontrol ke dokter ahli syaraf. Beliau mengatakan, penyakit yang saya derita termasuk langka. Tuhan masih melindungi, karena kuman tidak sampai menyerang otak. Kalau pun nanti jadi dioperasi pasang pen di ruas tulang leher kiri C1, sebaiknya pro kontra dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit di Singapura, sebab sangat riskan.
Dua hari kemudian setelah saya kontrol ke dokter spesialis syaraf, saya kontrol ke dokter spesialis tulang. Oleh dokter terakhir ini saya dirujuk untuk pemeriksaan rontgen thorax. Obat TBC yang rutin saya minum tiap pagi, sekarang dosisnya dikurangi menjadi 3 tablet. Osfit masih jalan terus, sehari 1x.
Setelah melakukan kontrol ke dokter-dokter tersebut, saya merasa sehat, sehingga berani jalan-jalan ke luar rumah menggunakan kendaraan angkot tanpa brace (semacam korset penyangga batang tubuh). Saya sempat mengambil uang tabungan. Kemudian pada 17 November 2009, saya mengurus kartu ASKES. Fasilitas ini tidak saya gunakan untuk biaya opname di rumah sakit yang menghabiskan lebih dari 20 juta. Hari minggu (21 November 2009) saya sempat mengikuti seminar internasional. Saya berangkat naik angkot karena kalau menyetir mobil sendiri saya khawatir dengan kondisi kesehatan saya. Selama seminar saya tidak bisa konsentrasi, karena terus menahan leher kiri yang memakai collar lunak sehingga terasa tegang dan kaku. Saya sempat menitikkan air mata, akankah karier saya sebagai guru akan berakhir? Ada seorang Ibu dari Aceh memperhatikan saya. Katanya tidak tega melihat saya sedih. Tanggal 28 November 2009 saya dirontgen Thoracalis LAT, Thoracalis AP, Cervival AP Open Mout. Thoracalis LAT : tampak deformitas corpus vertebrae Th.6 yang terlihat pada posisi lateral. Pedicle masih dalam batas normal. Skoliasis vertebrae thoracalis. Kesan : deformitas corpus vertebrae Th.6 skoliasis vertebrae thoracalis.
Beberapa hari kemudian, ketika saya bangkit dari tiduran di sofa, tiba-tiba secara mendadak urat di kepala saya seperti saling tarik-menarik dengan kencang. Rasanya seperti tulang beradu tulang atau mau lepas? Entahlah... , yang jelas saya tidak kuat menahan rasa sakit, sehingga saya berteriak-teriak. Untuk meredakan rasa sakit, saya berusaha rebah di atas karpet. Saya terus menangis sampai kelelahan. Seiring berjalannya waktu, secara berangsur-angsur akhirnya rasa sakit menghilang. Saya kemudian pindah tempat tidur ke kasur. Setelah makan malam, saya minum obat anti nyeri Coditam tablet. Esoknya, karena tidak mau rasa sakit berulang, ”brace” yang sempat saya lepas saya kenakan lagi di tubuh saya. Setelah itu, saya tidak mau lepas dari "brace". Saya sangat trauma dengan rasa "sakit" yang luar biasa ini. Brace baru saya lepas kalau saya mau mandi.
Rasa sakit kembali berulang ketika akan memposting tulisan di internet. Karena kepala saya tegang dan lelah, saya bermaksud "rebahan" dulu di kasur. Kepala saya ganjal dengan tangan. Saat itu pula urat belakang kepala saya seperti ditarik. Saya menangis kesakitan, "Ya Allah, ampunillah segala dosa-dosaku". Saya sudah tidak kuat menahan rasa sakit ini. Saya minta maaf kepada orang-orang terdekat dan juga beberapa teman melalui sms. Saya merasa kehidupan ini akan berakhir. Namun secara berangsur-angsur akhirnya rasa sakit reda. Sejak 2 kali peristiwa sakit itu, saya ekstra hati-hati. Namun adakalanya saya lupa dengan rasa "sakit" yang pernah saya rasakan. Terutama saat akan tidur, karena setelah itu masih ada satu kejadian lagi yang menimbulkan rasa sakit, tetapi tidak sedahsyat pada kejadian yang pertama.
Tidak terasa sudah 2 bulan saya tidak masuk kerja. Untuk menghilangkan kejenuhan, saya membaca koran, membalas sms survey dari koran cetak KOMPAS, menulis dan kemudian mempostingnya ke blog saya, jalan-jalan di dunia maya dari blog ke blog, melihat desainnya, isinya dan kalau menarik membaca tulisan-tulisannya, kadang-kadang memberi komentar dan meninggalkan alamat blog. Melalui blog, saya mendapat pengetahuan yang berharga tentang TBC tulang (penyebab, obat dan penanggulangannya), serta membaca pengalaman orang lain yang pernah menderita TBC tulang. Saya berusaha mengubah pola hidup saya, dan yang terpenting tidak lagi meremehkan sinar matahari pagi untuk kesehatan tulang-tulang saya.
Berat badan saya kini terus bertambah. Menderita penyakit ada hikmahnya juga ya. Sebelum kena penyakit tbc, badan saya kurus, sulit untuk gemuk. Kondisi ini berlangsung lebih dari 25 tahun. Saya pernah konsultasi ke dokter internist di kota kecil, kemungkinan saya menderita anorexia nervousa. Pernah ada orang menawarkan obat gemuk karena kasihan melihat tubuh saya yang kurus, tetapi saya tolak. Walaupun kurus, saya merasa sehat (bahasa Jawa, ”kiyeng”). Ahli prana mengatakan, sebetulnya saya sudah lama mengidap penyakit tbc tulang.
Selama sakit saya banyak melakukan refleksi. Penyakit TBC tulang yang saya derita adalah akumulasi kecemasan dan kesedihan, serta idealisme yang berlebihan. Akumulasi ini menyebabkan fisik dan mental saya semakin melemah, sehingga dengan mudah kuman menyerang organ tubuh saya. Untuk kehidupan mendatang, saya harus menjaga ekstra hati-hati harta saya yang paling berharga, tulang-tulang saya yang sudah terkena TBC.

6 komentar:

  1. Assalamu'alaikum wr. wb., Mbak Sulis (pojokiswi).
    Pertama-tama saya sangat prihatin dan turut merasakan penderitaan yang Mbak Sulis derita itu. Apa pun nama penyakitnya, pastilah sangat menyiksa, apalagi jika disertai dengan rasa sakit fisik seperti yang Mbak rasakan. Di akhir tulisan yang ketiga ini saya melihat Mbak belum sepenuhnya sembuh, tetapi melalui sms, Mbak Sulis kabarkan bahwa sudah 90% sembuh. Saya turut gembira dan bersyukur mendengarnya. Andaikan saya bisa membantu....!
    Tapi baiklah, Mbak, saya juga ingin cerita pengalaman saya tentang penyakit saya pula.
    Sejak 2002 penyakit DM (Diabetes Meletus) sudah mulai menghampiri saya. Hal itu saya ketahui setelah saya pulang dari pulau Halmahera dan diopname karena DB. Hasil pemeriksaan darah, menunjukkan ada kenaikan gula darah, tetapi masih dalam batas bisa dikontrol. Yang namananya DM, sulit untuk didektesi jika tidak memeriksakan gula darah. Celakanya, biasanya penderita tidak tahu karena tidak merasa sakit fisik, sehingga pola makan yang salah terus berlanjut. Tahun 2005 sepulang dari Singapura (kursus singkat selama 14 hari di bulan November di NTU tentang research management)kondisi setamina saya menurun (cepat lelah, selalu haus, selalu lapar, mulut kering, lelah, ngantuk, berat badan mulai menurun dari 70 gk ke 65 kg). Tetapi saya belum menyadari apa sesungguhnya yang terjadi pada diri saya. Akhirnya, saya memeriksakan diri ke dokter. Saya kaget ketika hasil lab darah saya menunjukkan gula darah puasa saya 460 (normal paling tinggi 140). Kata dokter, "Bapak telah menambah angka statistik pengidap DM di Indonesia." Lalu saya bertanya, "Apa yang harus saya lakukan?" Kontrol gula darah, diet ketat, olah raga teratur, dan makan obat seumur hidup." Seperti kiamat dunia ini rasanya. Bukan DM-nya yang menghantui saya, tetapi komplikasi ikutan DM itulah yang membuat saya merinding. Apa lagi jika ada bagian tubuh yang harus diamputasi seperti yang saya lihat pada orang-orang DM selama ini. Tetapi karena ingin sembuh, saya ikuti anjura dokter tersebut. Hampir setahun saya ikuti pola pengobatan medis ala dokter tersebut. Untung saya pake ASKES, sehingga obatnya gratis (ada 4 macam tabalet yang harus saya telah setiap hari: pagi, siang, dan malam). OK, Mbak Sulis, karena sudah mendekati Asar, saya putus dulu cerita bagian pertama ini.

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, berkat kebesaran Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta do'a dari orang-orang yang mengasihi saya, dan berkat disiplin makan obat, saya berhasil sembuh dari penyakit tbc tulang, tanpa harus melalui operasi pasang pen di tulang leher kiri (C1) saya. Bagi saya ini merupakan suatu keajaiban sekaligus berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

    Hasil pemeriksaan CT-CERVICAL SPINE (4-01-2010):
    "Daerah destruksi osteolytic arcus anterior dan massa lateralis C1 kiri tampak pembentukan tulang baru menunjukkan proses penyembuhan. Deformitas karena fraktur kompresi tidak berubah. Penonjolan fragmen kecil2 ke canalis cervical dan foramen transversum berkurang. Condylus occipitalis kiri kanan dan C2 baik, tidak tampak destruksi. Sendi atlanto-occipital kiri kanan baik, tidak tampak subluxatio, tampak stabil".

    Saya do'akan Mas Mustari juga bisa sembuh total. Saya pernah membaca riwayat orang yang pernah menderita DM bisa sembuh 100%. Terimakasih sudah memberi komentar. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

    BalasHapus
  3. Assalamu'alaikum Wr. Wb.
    Saya turut prihatin dengan penyakit yg mbak derita. Dibalik itu semua menurut saya kita harus pandai2 mengambil hikmahnya. Mungkin dengan penyakit itu akan mengingatkan kita agar tidak terlalu terlena dengan kehidupan dunia, dan harus sudah memikirkan kehidupan nanti, harus banyak ibadah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Maaf mbak kalau menggurui, tp begitulah menurut saya.
    Semoga cepat sembuh ya mbak.

    BalasHapus
  4. sore mbak, nenek saya jg sakitnya sama dengan mbak, saya mau tanya, brace itu beli d mana y?atau dokter tulang yang sarankan?terima kasih

    BalasHapus
  5. Saya membeli brace di rumah sakit tempat saya dirawat, tentu saja atas saran dokter spesialis tulang. Semoga nenek dik Ancasari lekas sembuh. Salam untuk beliau ya.

    BalasHapus
  6. aslmkm. Mba, perkenalkan sy lia, 29 thn, sy baru punya seorang anak laki2 berumur 2 thn, sepertiny kita senasib ya mba, tp sy kena nya di pinggang mb diatas bokong dikit tepatnya L5-S1,,subhanallah ya mba rasa nyeri yg sy rasakan jg kdng membuat sy mrasa frustrasi, apalagi jika lepas korset aduuuh gak kuat,kyanya tulang mau copot aja. Sy br 2 bln ini terdiagnosa tb tulang lumbosacral, sblmnya sy cm merasa saki pinggang biasa aj setelah melahirkan, semua obat nyeri sy mnm utk menghilangkan sakit, nyata ny bkn sakit pinggang biasa stlh rontgen,MRI dan cek darah baru ketahuan deh, tp dokter orthopedi sy ckp yakin klo sakit sy ini bs tanpa operasi, alhasil sy hrs berthn dg nyeri nya stiap saat, saat ini sy jalan pake tongkat,tdk bs nunduk, bungkuk, jongkok, kaki sy pun jd lemah krn jrg dipakai utk jongkok, bnyak lg deh keluhanny sy sampa cuti bekerja, saat ini bekerj jg sebagai guru di sekolah swasta slb di serang, sedih sekali jd tdk bs bertemu dg murid2 ku. Melihat curahan hati mba sulis sy jd semangat utk sembuh krn waktu yg akan menjawab,, mdh2an Allah selalu melindungil kita ya mba..Oh ya saat ini kan sy msh berjuang melawan penyakit ini, kalau bs sy mau mnta no.hp mba utk sekedar silaturrahmi dan berbagi pengalaman, itu jika mba berkenan jika tdk jg tdk apa. No.hp sy 081585919482. Trims. Wslm

    BalasHapus