Selasa, 13 April 2010

Peranan Ibu Tentukan Pribadi Anak


”Masa depan anak adalah hasil kerja ibunya”
(Napoleon Bonaparte, Jenderal Perancis, 1769-1821)

”Seorang anak yang dididik hanya di sekolah adalah anak yang tidak terdidik”
(George Santayana, penyair dan filsuf dari Spanyol, 1863-1952)

Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama : orangtua (keluarga), masyarakat, guru, dan pemerintah. Namun tak dapat disangkal, tanggungjawab keluarga, khususnya peranan seorang Ibu lebih dominan dalam kehidupan anak. Dikalangan ahli pendidik ada kesepakatan, proses pendidikan dimulai sejak bayi dalam kandungan. Namun proses pendidikan yang lebih urgen dan konkrit diawali sejak anak lahir ke dunia, di sini tugas Ibu menanti. Dimulai dari menyusui, mengajak bicara, kebiasaan akan kebersihan, cara berhubungan/bergaul dengan orang lain. Kelihatannya sederhana, namun pada hakekatnya semua itu dalam rangka proses pendidikan. Sebagai konsekwensinya, maka Ibulah yang sebenarnya paling tahu, paling pantas dan paling bertanggungjawab akan pendidikan anaknya, yang harus mengenal potensi anak untuk kemudian dibina, digali dan dikembangkan. Disebabkan Ibulah yang paling lama mengenal anak itu, bukan gurunya di sekolah atau orang lain. Jadi wajar jika Ibulah yang paling berkompeten dalam pendidikan anak-anaknya. Seorang wanita berketurunan yang sibuk atau tidak mempunyai naluri keibuan, tidak akan lekas-lekas menyadari perkembangan pribadi anaknya. Ia menjadi kurang peka/tanggap, karena kehidupan sehari-harinya hanya terfokus kepada diri dan pekerjaannya. Seorang Ibu yang tenggelam dalam karir dan mementingkan dirinya, kehidupan psikologis anaknya akan terabaikan. Sehingga wajar jika anak kemudian mencari kehidupan di luar rumah, yang jika tidak hati-hati dalam bergaul akan tergelincir pada kenakalan remaja.
Seorang Ibu yang baik tidak akan memanjakan anaknya dengan selalu melindunginya, tetapi mengajarinya bahwa hidup ini adalah perjuangan. Dalam menghadapi persaingan hidup, seorang Ibu tidak akan mengajari anaknya mengambil jalan pintas (nepotisme), korupsi atau kolusi. Maka, sudah menjadi kewajiban seorang Ibu mengajari anak-anaknya tentang nilai-nilai kehidupan : ulet, tahan uji, berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia. Nilai-nilai kehidupan ini tidak hanya sekedar retorika, tetapi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang Ibu yang berbudi pekerti baik akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Hal ini menjadi dasar bagi keagungan bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar