Jumat, 09 April 2010

Aku Rindu Kamarku


Dalam kembara jauh bermil
Aku selalu rindu kamarku
jendela-jendela
lemari
meja
buku-buku
tempat tidur
foto pribadi
surat-surat asmara
lampu neon
sepatu butut
selimut
Segala hal dalam kamarku
jadi kerinduanku

Dalam kembara jauh bermil
Aku selalu ingin kembali
kekandangku
mendendangkan lagu
mendekap rindu
bersekutu dengan bisu
kompromi dengan masa lalu
mencipta puisi-puisi lugu

Dalam kembara jauh bermil
Aku amat mendamba
suasana kamarku.

Puisi tersebut saya ciptakan pada 10 Februari 1983. Pada waktu saya menjabat asisten dosen di Institut Keguruan swasta di kota tahu Kediri sekitar tahun 1987-1988, saya selalu teringat puisi tersebut, terutama saat sendirian di rumah kontrakan. Pikiran saya selalu menerawang, teringat kamar saya di Bandung, di rumah orangtua. Sebagai seorang yang baru lulus sarjana pendidikan dengan pengalaman mengajar yang masih minim, saya merasakan beban kerja terlalu berat. Bayangkan, di awal semester (tahun ajaran 1987/1988), saya mengajar 4 mata kuliah (Sejarah Asia Selatan, Pengantar Ilmu Sejarah, Sejarah Pendidikan Indonesia dan Teori & Filsafat Sejarah). Pada semester genap, saya mengajar mata kuliah Sejarah Asia Selatan II, Perencanaan Pengajaran Bidang Studi, Sejarah Pendidikan Indonesia dan Sejarah Asia Tenggara II. Saya masih ingat, ada beberapa mahasiswa usianya lebih tua dari saya dan mempunyai banyak pengalaman mengajar.
Selain mengajar, saya juga menjadi pembimbing mahasiswa (angkatan tahun 1984) menyusun makalah dan seminar serta simulasi mengajar (tahun ajaran 1986/1987 semester VI dan tahun 1988), pembimbing 10 mahasiswa KKL (Kuliah Kerja Lapangan) - 6 s/d 9 Agustus 1987, panitia/koordinator ujian negara, koordinator ujian praktek mengajar, dan menjabat sebagai pembantu sekretaris jurusan dengan jam kerja pk.08.00-12.00 dan pk.16.00-20.00. Kesibukan yang sangat padat di usia muda ini membuat saya stres dan seperti matang karena dikarbit. Di sela-sela waktu, saya menyempatkan diri jalan-jalan sendirian naik bis ke Surabaya, yang suhu udaranya waktu itu sudah panas, sehingga saya kegerahan, menengok paman (dosen) yang sakit diabetes. Di tengah rasa kesendirian, saya menumpang di rumah famili di Nganjuk (Ngrengket), sehingga untuk berangkat mengajar saya terpaksa menempuh perjalanan lebih kurang 60 km, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Pulang mengajar sekitar jam 10 malam naik bis sendirian, padahal waktu itu Kediri terkenal rawan tindakan kriminal.
Lebih kurang setahun di Kediri, membuat kerinduan akan "kamarku" memuncak. Pernah dalam seminggu saya 2 kali pulang pergi naik kereta api Nganjuk-Bandung. Kalau sibuk begini terus, kapan ya saya mendapat pacar. Akhirnya, dengan adanya SK pengangkatan sebagai guru cpns SMA, saya comeback ke kota kelahiran saya, Bandung, menuju "kamarku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar