Didit
masih berstatus guru kontrak di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) dengan masa kerja 18 tahun. Saat ini penghasilan per
bulan sekitar 38 ribu bath (mata uang Thailand). Jika dirupiahkan sekitar Rp.11.400.000,-. SIB
merupakan sekolah gabungan mulai TK hingga SMA, dengan jumlah siswa 76 orang
(jpnn.com, Rabu 5/6-2013). Bandingkan dengan penghasilan seorang guru Indonesia
pada salah satu SMAN dengan status PNS, gol. IV/b, masa kerja lebih dari 24 tahun,
gaji pokok per bulan hanya Rp.3.246.500 plus insentif setiap tgl. 17 kurang lebih
Rp.1.500.000,-, (yang terakhir ini kemungkinan lenyap dengan adanya
pendidikan gratis sampai SMA), tunjangan daerah yang tidak seberapa ditambah tunjangan
sertifikasi guru yang datangnya tersendat-sendat. Padahal pemerintah berjanji, guru PNS akan mendapat tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji pokok yang diterima perbu bulan, dengan catatan mereka mengajar minimal 24 jam pelajaran per pekan. Beban mengajar guru tsb. luar biasa (28 jam/minggu) dengan jumlah
siswa lebih dari 704 orang. Berdasarkan lamanya mengajar dan banyaknya jumlah
siswa yang harus ditangani, normalnya guru tsb. digaji minimal Rp.15.000.000.
Sangat
jauh sekali kesejahteraan guru di Indonesia, khususnya di sekolah negeri dengan
kesejahteraan guru Indonesia di SIB. Lebih tragis lagi nasib sebagian guru
honorer di Indonesia, ada yang digaji sangat minim, tidak cukup untuk hidup
sebulan, bahkan ada yang habis untuk sekedar biaya transport.
Untuk mendidik generasi penerus bangsa, diperlukan dedikasi guru yang tinggi, tetapi jerih payah guru tersebut pjuga erlu dihargai. Memang pendapatan percapita negara kita sebenarnya tidak jauh dengan Thailand. Mendikbud seharusnya memperjuangkan nasib guru, utk penghasilann yang layak.
BalasHapusSetuju :)
Hapus